Akademi sepakbola atau Sekolah Sepak Bola (SSB) yang belum berafiliasi dengan PSSI sebaiknya segera mendaftarkan diri ke pengurus PSSI tingkat Kabupaten/Kota.

Hal ini penting dalam rangka inventarisasi dan dukungan secara organisasi kepada akademi atau SSB, serta advokasi atau pendampingan dari PSSI jika ada persoalan terkait pemain atau SSB di kemudian hari.

Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Asprov PSSI Kalimantan Timur Yunus Nusi di hadapan peserta Kongres Biasa Askab PSSI Kukar di Tenggarong, Kamis (11/03) siang.

Yunus mengaku prihatin dengan beberapa SSB di Indonesia yang dinilainya liar dalam mengikuti kejuaraan atau turnamen. "Mereka tidak terorganisir sehingga kasihan para muridnya atau para pemainnya," ujarnya.

Pria asal Samarinda yang juga Plt Sekjen PSSI ini menyatakan, pihaknya telah melarang dan tidak merekomendasikan penyelenggaraan beberapa turnamen yang dibuka pada hari Jumat kemudian ditutup pada hari Minggu.

"Tentu kawan-kawan pelatih paham tentang hal itu, karena sangat tidak baik untuk anak-anak, dan biasanya selalu diikuti oleh SSB itu sendiri. Ini bukan pembinaan sepak bola yang berkelanjutan atau berjangka panjang tetapi itu membunuh para pemain anak-anak kita kedepan," cetusnya.

Padahal, lanjut Yunus, anak-anak usia 16 tahun ke bawah memiliki masa pertumbuhan dan kesenangan untuk menjadi seorang pemain sepak bola. "Namun justru diberikan target untuk menjadi juara dan bekerja keras," katanya lagi.

Selain itu, Yunus juga mengungkapkan banyaknya persoalan menyangkut sengketa pemain muda yang terjadi di pulau Jawa, dimana ketika pemain berbakat yang dimiliki SSB tiba-tiba dicomot klub profesional.

"Ketika sudah 5 tahun dibina oleh SSB atau akademi dan sudah menjadi pemain bagus tiba-tiba diambil oleh klub-klub profesioal Liga 1, Liga 2 atau Liga 3 tanpa ada kompensasi. Kasihan pelatihnya, kasian SSB-nya," ujar Yunus.

Oleh karena itulah Yunus mengingatkan pentingnya SSB terdaftar atau terafiliasi dengan PSSI agar PSSI bisa melakukan advokasi jika ada persoalan sengketa pemain di kemudian hari. (maw)